Menilai Ancaman PLTU terhadap Keanekaragaman Hayati di Sumatera

Menilai Ancaman PLTU terhadap Keanekaragaman Hayati di Sumatera

Untuk Pertimbangan Pembatalan dan Penghentian Dini PLTU Batu BaraDalam Mewujudkan Sinergitas Mitigasi Perubahan Iklim dan PenghentianHilangnya Keanekaragaman Hayati

Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.

Pembangunan PLTU Batubara Ancaman Hilangnya Keberagaman Hayati

Pembangunan PLTU Batubara Ancaman Hilangnya Keberagaman Hayati

Siaran Pers AEER

(Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat)

Menjelang Konferensi Keberagaman Hayati PBB 11-15 Oktober 2021:

 

Konferensi Keanekaragaman Hayati COP 15 (Fifteenth meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity) berlangsung mulai hari ini,11-15 Oktober 2021, secara virtual di Kunming, Yunan, Tiongkok.

Konferensi ini akan melihat adopsi kerangka keanekaragaman hayati global pasca-2020, yang akan memberikan visi strategis dan peta jalan global untuk konservasi, perlindungan, restorasi, dan pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang berkelanjutan untuk dekade berikutnya.

Menurut Pius Ginting, Koordinator Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), dengan COP 15 ini diharapkan supaya target-target keanekaragaman hayati yang baru (The Post-2020 Global Biodiversity Framework) akan menggunakan format dan penulisan yang jelas serta mudah diukur. Selain itu diharapkan juga ada target-target ambisius untuk mendorong semua sektor untuk memulihkan planet kita kembali.

“Indonesia dapat berkontribusi kepada tujuan global yakni mencapai tujuan Kesepakatan Iklim Paris, mengatasi kehilangan keragaman hayati, dan mengatasi kemiskinan (SDG). Hal ini dilakukan dengan mengembangkan solusi berbasis alam lewat pembatalan PLTU yang belum dibangun dan penghentian dini PLTU yang paling merusak keragaman hayati, seperti disebutkan dalam kajian Perkumpulan AEER bersama LBH Pekanbaru, Yayasan Kanopi Hijau Indonesia dan Lembaga Tiga Beradik Jambi, “ kata Pius Ginting. Pius menambahkan, negara maju perlu melakukan dukungan finansial dan teknologi agar target sinergitas ini dicapai.

Banyak fakta menarik tentang hilangnya keanekaragaman hayati di dunia. Menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim adalah dua krisis yang berkaitan dengan erat satu sama lain. Kedua krisis tersebut memiliki dampak serupa pada kesejahteraan manusia dan perlu ditangani secara bersamaan dan segera. Melestarikan, mengelola, dan memulihkan ekosistem adalah kunci keberhasilan penanganan krisis-krisis tersebut.

PBB melaporkan terdapat 20 target keanekaragaman hayati Aichi (Aici biodiversity targets) yang dibagi menjadi 60 elemen untuk mempermudah proses pemantauan kemajuan. Dari jumlah tersebut, hanya tujuh elemen yang telah tercapai, 38 menunjukkan kemajuan dan 13 tidak menunjukkan kemajuan. Sedangkan kemajuan dari dua elemen tidak diketahui.

Sementara laporan dari IPBES (The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services) menyatakan bahwa satu juta spesies tumbuhan dan hewan di dunia sedang menghadapi kepunahan.

Menurut kelompok peneliti yang dipimpin oleh Elizabeth Green, Target Aichi gagal, sebagian, karena format mereka membuat kemajuan sulit diukur. *